Minggu, 13 September 2015

Masjid Raya Baiturarahman Aceh

Masjid Raya Baiturrahman - Masjid yang berada di pusat Kota Banda Aceh yang terletak di Pulau Sumatera. Selain itu Masjid Raya Baiturrahman ini dahulu merupakan sebuah masjid Kesultanan Aceh.
Masjid Raya Baiturrahman memilikikubah tunggal yang selesai pada tanggal 27 Desember 1883. Selanjutnya Masjid Raya Baiturrahman diperluas menjadi 3 kubah pada tahun 1935. Lalu yang terakhir diperluas lagi menjadi 5 kubah (1959-1968).

Mesjid ini kemudian telah diperluas dan saat ini memiliki 7 kubah. Masjid Raya Baiturrahman ini merupakan salah satu masjid yang terindah di Indonesia dan memiliki bentuk yang manis, ukiran yang menarik, halaman yang luas dan terasa sangat sejuk apabila berada di dalam ruangan masjid tersebut. Sejak 3 September 1993, Remaja Masjid Raya Baiturrahman hingga kini telah mengeluarkan 900an edisi khutbah Jumat dalam bentuk Tabloid Gema Baiturrahman.

Tabloid ini menggunakan semboyan Menuju Islam Kaffah di pimpin oleh Drs. H. Ameer Hamzah sebagai pimpinan umum, Ir. H. Basri Abu Bakar, M.Si sebagai pimpinan redaksi dan Ridha Yunawardi sebagai pimpinan usaha. Namun sejak tahun 2010, tabloid ini berhenti beredar karena kekurangan dana.

Masjid Raya Baiturrahman Aceh
Masjid Raya Baiturrahman Aceh
Masjid ini merupakan saksi bisu sejarah Aceh, yang terletak di pusat kota Banda Aceh dan merupakan kebanggaan dari masyarakat Aceh. Masjid Raya Baiturrahman merupakan simbol religius, keberanian dan nasionalisme rakyat Aceh. Masjid ini dibangun pada masa Sultan  Iskandar Muda (1607-1636), dan menjadi pusat pendidikan ilmu agama di  Nusantara. Pada saat itu banyak pelajar dari Nusantara, bahkan dari Arab, Turki, India, dan Parsia yang datang ke Aceh untuk menuntut ilmu agama.

Masjid ini  merupakan markas pertahanan rakyat Aceh ketika masa perang dengan Belanda  (1873-1904). Sewaktu Belanda menyerang kota Banda Aceh pada tahun 1873, masjid ini dibakar, Pada saat itu, Mayjen Khohler tewas tertembak di  dahi oleh pasukan Aceh di pekarangan Masjid Raya. Untuk mengenang peristiwa  tersebut, dibangun sebuah monumen kecil di depan sebelah kiri Masjid Raya,  tepatnya di bawah pohon ketapang.

Enam tahun kemudian, untuk meredam kemarahan  rakyat Aceh, pihak Belanda melalui Gubernur Jenderal Van Lansnerge membangun  kembali Masjid Raya ini dengan peletakan batu pertamanya pada tahun 1879. Hingga  saat ini Masjid Raya telah mengalami lima kali renovasi dan perluasan  (1879-1993).

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review